Aku tak tahu harus mulai dari mana. Rasanya terlalu banyak yang ingin kusampaikan padamu, terlalu banyak yang tertinggal di antara jeda-jeda yang tak sempat kita isi dengan kata.
Kau akan pergi, dan hatiku meski tak rela berusaha kuat. Kau tahu? Masih lekat dalam ingatanku bagaimana caramu tertawa, bagaimana suaramu memanggilku, dan bagaimana hadirmu mengubah segalanya dalam hidupku.
Cinta ini aneh, ya? Tak seperti yang sering ditulis di novel-novel atau dilagukan dalam bait-bait puisi. Cinta ini tidak meminta balasan, tidak berharap pelukan setiap hari, dan tak butuh pengakuan. Tapi ia tumbuh, mendalam, dan tak pernah benar-benar selesai.
Aku duduk di tepi ranjangmu pagi ini. Seprai yang belum sempat kau rapikan masih menyisakan hangat tubuhmu dan aroma samar dari baju tidurmu semalam.
Mataku terpaku pada koper yang sudah setengah penuh, menanti dilengkapi dengan sisa-sisa masa kecil yang sebentar lagi akan kau tinggal.
Tinggal hitungan bulan, kau akan pergi untuk menggapai cita dan menjemput takdirmu. Dan aku, ibu yang dulu membopongmu setiap malam saat kau sulit tidur, kini harus belajar melepaskan.
Entah sudah berapa kali aku mengulang kalimat ini dalam kepala: "Kau sudah besar." Tapi tetap saja, hati ini belum siap sepenuhnya.
Karena di mataku, kau masih anak kecil yang suka memelukku dari belakang, yang menangis saat lututmu terluka, menemaniku dikala sibuk di dapur, dan tersenyum bangga saat bisa membaca satu paragraf tanpa terbata-bata.
Aku menuliskan surat ini untukmu, Nak. Bukan karena aku ingin menahanmu, bukan pula karena aku takut kau tak mampu. Tapi karena aku ingin kau tahu betapa panjang dan dalam cinta yang menautkan kita sejak hari pertama kau hadir di dunia.
Masih terbayang jelas saat aku pertama kali menggendongmu. Tubuh mungilmu yang hangat menempel di dadaku, tangismu yang memenuhi ruang bersalin, dan air mataku yang mengalir begitu saja tanpa sempat kucegah. Sejak saat itu, aku tahu: hidupku tak akan pernah sama lagi.
Kita melewati malam-malam tanpa tidur, pagi-pagi penuh tawa, dan siang-siang penuh pelajaran. Kau tumbuh dengan caramu sendiri, kadang lambat, kadang cepat. Tapi selalu dengan cinta.
Kadang aku merasa gagal untuk menjadi ibu yang sempurna… aku marah, aku lelah, aku menangis diam-diam di kamar. Tapi setiap hari, aku belajar. Belajar memantaskan diri, menjadi rumah untukmu.
Dan kini, rumah itu akan terasa lebih sepi.
Kau memilih jalan yang kau cintai, desain animasi, dunia imajinasi yang dulu sering kita jelajahi lewat buku cerita sebelum tidur. Aku masih ingat saat kau menggambar tokoh kartun pertamamu, bangga sekali kau tunjukkan padaku, meski hanya berupa lingkaran-lingkaran tak beraturan.
Kini, kau akan belajar menjadikannya hidup. Mewarnai layar dunia dengan imajinasimu sendiri.
Tapi bersamaan dengan bangganya hati ini, ada juga rasa gamang yang tak bisa kusembunyikan. Dunia yang akan kau hadapi tak selalu ramah. Kau akan bersaing di antara banyaknya talenta.
Terkadang aku takut.
Tapi kemudian aku teringat, bahwa hatimu lebih kuat dari yang kau kira. Kau tidak hanya belajar, tapi juga merasakan. Dan itu adalah kekuatan yang tak bisa tergantikan, anakku.
Jika nanti, saat kau berangkat ke negeri orang untuk belajar dan tumbuh, aku takkan menangis di depanmu. Namun, meski kau jauh, doaku akan selalu ada untukmu, anakku. Doa ibu tak pernah mengenal jarak, tak mengenal waktu.
Doaku adalah angin yang akan selalu menemanimu, dan semoga Allah selalu memberikan jalan yang terbaik untukmu, menjaga setiap langkahmu, dan memberimu kebahagiaan yang sejati.
Aku ingin kau pergi dengan senyum dan percaya diri. Tapi jika nanti, kau merasa ragu atau lelah, bacalah surat ini.
Ingatlah bahwa di tempat asalmu, ada seseorang yang selalu mendoakanmu, setiap hari, setiap waktu.
Anakku,
Terbanglah tinggi! Jangan pernah takut untuk mengejar impianmu, meskipun perjalanan itu akan penuh tantangan. Kau memiliki kekuatan dalam dirimu, kekuatan yang aku tanamkan dengan penuh cinta.
Terbanglah tinggi! Jangan pernah takut untuk mengejar impianmu, meskipun perjalanan itu akan penuh tantangan. Kau memiliki kekuatan dalam dirimu, kekuatan yang aku tanamkan dengan penuh cinta.
Jadilah versi terbaik dari dirimu. Tak perlu menjadi sempurna, cukup menjadi kamu yang terus mencoba. Gagal tak apa, asal kau bangkit. Tak dimengerti orang pun tak apa, asal kau tahu nilaimu. Jangan takut berbeda, karena kadang justru di situlah jalanmu berada.
Dan ketika nanti kau merasa rindu, pulanglah. Rumah ini, meski mungkin tak lagi ramai dengan suara langkahmu, akan selalu punya ruang hangat untukmu.
Aku akan tetap duduk di sini, seperti pagi ini, menunggumu kembali dengan kisah baru, dengan senyum baru, dengan cahaya di matamu yang semakin dewasa.
Sebelum koper itu kau tutup, izinkan aku menyelipkan sesuatu: selembar surat dan setumpuk doa. Surat ini, agar kau tahu betapa dalam cinta ibumu.
Dan doa itu, agar Allah senantiasa menjagamu, membimbing langkahmu, dan menuntunmu menuju takdir yang terbaik.
Pergilah, Nak. Jemput takdirmu!
Dengan cinta yang tak akan pernah habis,
Your Mom
Post a Comment