Selama ini yang aku ketahui, dan yang mungkin juga lebih sering kita dengar adalah konsep seperti Self Love, Self Care, atau Self Compassion.
Aku sendiri pernah menulis tentang pentingnya merawat dan mencintai diri di artikel sebelumnya Self Love: Seni Mencintai Diri Agar Lebih Bahagia dan Self Compassion.
Di sana dibahas bagaimana merawat diri dan mencintai diri tanpa syarat itu menjadi fondasi kesehatan mental.
Namun, belakangan aku baru menemukan (di salah satu postingan media sosial) ada satu konsep lain yang tidak kalah penting, tapi sering luput dari perhatian: Self Devotion.
Konsep ini bukan sekadar tentang memanjakan atau memaafkan diri, melainkan tentang bagaimana kita ‘berkomitmen’ dan ‘mengabdi’ pada pertumbuhan diri sendiri. Self devotion mengajarkan kita untuk setia pada nilai-nilai yang kita yakini, konsisten dengan misi hidup kita, bahkan saat sulit.
Di artikel kali ini, aku ingin mengajakmu mengenal lebih dalam tentang: Apa itu self devotion? Mengapa penting? Dan apa perbedaannya dengan self care atau self love yang sudah lebih dulu populer?
Apa Itu Self Devotion?
Secara harfiah, devotion berarti pengabdian, dedikasi, atau kesetiaan. Dalam konteks pribadi, self devotion adalah bentuk pengabdian terhadap diri sendiri yang diwujudkan dalam komitmen jangka panjang untuk bertumbuh, berkembang, dan hidup selaras dengan nilai-nilai yang diyakini.
Self devotion bukan tentang memanjakan diri atau sekadar menerima diri, tapi tentang setia kepada misi hidup pribadi, bahkan saat sulit, sepi, atau tidak populer.
Merupakan pilihan secara sadar untuk konsisten menanamkan nilai, kedisiplinan, dan integritas dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan Sekadar Self Care atau Self Love
Untuk memahami konsep ini lebih dalam, kita perlu membedakan tiga istilah yang tampak mirip, namun sebenarnya berbeda dalam esensi:
1. Self Care: Merawat Diri
Self care adalah tindakan yang kita lakukan untuk menjaga kesehatan fisik, mental, dan emosional. Tidur cukup, makan sehat, mengambil jeda dari pekerjaan, atau melakukan spa di akhir pekan termasuk bentuk self care.
Tujuan utamanya adalah untuk memulihkan dan menyeimbangkan diri, terutama ketika kita merasa lelah atau kewalahan.
2. Self Love: Mencintai dan Menerima Diri
Self love adalah sikap batin yang menerima dan menghargai diri sendiri, terlepas dari kekurangan dan kegagalan.
Ini melibatkan penghargaan terhadap diri, menghindari self-criticism yang berlebihan, dan tidak membandingkan diri dengan orang lain.
Self love adalah fondasi penting untuk membangun harga diri dan kesehatan emosional yang kuat.
3. Self Devotion: Mengabdi pada Pertumbuhan Diri
Berbeda dari dua konsep di atas, self devotion berakar pada komitmen jangka panjang. Ini bukan sekadar perawatan atau penerimaan, tapi tentang:
- Ketekunan dalam belajar dan berkembang.
- Setia pada nilai dan prinsip hidup.
- Mengambil tindakan yang sejalan dengan tujuan besar, bahkan saat tidak nyaman.
Contoh nyata dari self devotion adalah seseorang yang setiap pagi bangun lebih awal untuk beribadah, membaca, journaling, atau belajar hal baru bukan karena sedang mood, tapi karena ia tahu bahwa semua itu adalah bentuk pengabdian terhadap pertumbuhan dirinya.
Mengapa Self Devotion Penting?
Self devotion membantu kita bertahan di tengah tantangan. Ketika self care terasa tidak cukup dan self love diuji oleh keraguan, maka self devotion menjadi jangkar yang membuat kita tetap berdiri tegak.
Kita tidak hanya bertahan, tapi berkembang dengan arah yang jelas.
- Menumbuhkan kedisiplinan dan konsistensi.
- Membentuk kejelasan arah hidup.
- Menanamkan rasa tanggung jawab terhadap potensi diri.
- Meningkatkan kesejahteraan spiritual dan emosional.
Dengan kata lain, self devotion bukan hanya untuk “merasa lebih baik”, tapi untuk “menjadi lebih utuh.”
Self Devotion Bukan Egois
Beberapa orang mungkin merasa bahwa mendedikasikan diri pada pertumbuhan pribadi terdengar egois.
Tapi justru sebaliknya, orang yang memiliki self devotion cenderung lebih mampu memberi dampak positif bagi orang lain.
Mereka punya inner stability, sehingga tidak mudah goyah saat menghadapi kritik, perbandingan, atau kegagalan.
Mereka tahu bahwa untuk bisa hadir penuh bagi orang lain, mereka harus hadir penuh untuk diri sendiri terlebih dahulu.
Langkah-Langkah Praktis Memulai Self Devotion
1. Tentukan nilai hidupmu
Apa yang paling penting bagimu? Integritas? Belajar? Kedamaian batin? Kesetiaan pada nilai ini akan menjadi kompas dalam setiap keputusan.
2. Buat ritual harian yang bermakna
Tidak harus rumit. Misalnya, 10 menit menulis jurnal pagi, membaca 1 halaman buku setiap hari, atau berjalan kaki di pagi hari sambil refleksi, dan sebagainya.
3. Tetapkan tujuan jangka panjang yang selaras dengan misi pribadimu
Self devotion tidak berarti harus sempurna. Tapi berarti kamu tetap melangkah, meskipun lambat ke arah yang benar.4. Bangun relasi sehat
Orang-orang yang mendukung pertumbuhanmu adalah aset penting. Self devotion juga berarti menjauh dari lingkungan toxic yang melemahkan keyakinan diri.5. Latih kesabaran dan ketekunan
Self devotion adalah perjalanan, bukan sprint. Tidak selalu terasa menyenangkan, tapi pasti membentuk.Kesimpulan
Selama ini, kita mungkin sudah terbiasa merawat diri melalui self care, atau belajar menerima dan mencintai diri melalui self love dan self compassion.
Semua itu tetap penting dan seperti yang pernah aku bagikan di artikel sebelumnya, itu adalah pondasi yang tidak bisa diabaikan.
Namun, self devotion mengajak kita melangkah lebih jauh. Bukan hanya berhenti pada penerimaan atau perawatan, tapi juga membangun komitmen mendalam pada pertumbuhan diri. Ini tentang memilih untuk setia pada nilai dan misi pribadi, bahkan ketika jalannya tidak mudah.
Karena pada akhirnya, tidak ada yang bisa benar-benar kita andalkan untuk setia pada misi hidup kita selain diri kita sendiri.
Yuk, kita coba mulai dari langkah-langkah kecil, dari komitmen sehari-hari, untuk menjadi versi diri yang lebih utuh, lebih sadar, dan lebih bertumbuh!
Semoga bermanfaat, ya.
Have a nice day!
Referensi:
https://www.psychologytoday.com/
https://tinybuddha.com/
Post a Comment