aprilhatni.com
aprilhatni.com

Membangun Disiplin Pada Anak

membangun disiplin pada anak


Disiplin adalah proses bimbingan yang bertujuan menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu. Terutama, yang meningkatkan kualitas mental dan moral. 

Jadi, membangun disiplin pada anak adalah membiasakan anak untuk melakukan hal-hal yang sesuai dengan aturan yang berlaku pada lingkungannya. Maka, disiplin ini dapat diartikan secara luas. 

Disiplin bisa mencakup pengajaran, bimbingan atau dorongan yang dilakukan orang tua kepada anaknya. 

Tujuan Disiplin

1. Membangun kebiasaan dan hidup teratur

Membuat anak terlatih dan terkontrol. Untuk mencapainya, maka kita harus mengajarkan kepada anak bentuk tingkah laku yang pantas dan tidak pantas atau yang masih asing bagi anak. 

Sampai pada akhirnya, anak mampu mengendalikan dirinya sendiri. Ketika sudah berdisiplin, anak dapat mengarahkan dirinya sendiri tanpa pengaruh atau pun disuruh oleh orang lain. 

2. Menumbuhkan kemampuan mengatur diri

Dalam pengaturan diri ini berarti anak sudah mampu menguasai tingkah lakunya sendiri dengan berpedoman pada norma-norma yang jelas, standar-standar dan aturan-aturan yang sudah menjadi milik sendiri. 

Menerapkan disiplin kepada anak bertujuan agar anak belajar sebagai makhluk sosial. Sekaligus, agar anak mencapai pertumbuhan serta perkembangan yang optimal. 

3. Membangun percaya diri sebagai pribadi yang bertanggung jawab

Disiplin dapat membangun rasa percaya diri serta bertanggung jawab pada anak, pasalnya anak sudah terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan positif. Sehingga suatu saat berbuat pada hal yang tidak sesuai dengan aturan, maka ia akan berusaha mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Cara yang paling baik mendisiplinkan anak ialah dengan menggunakan pendekatan yang positif. Misalnya dengan memberikan teladan, dorongan, berkomunikasi, pujian dan hadiah. Sedangkan cara negatif untuk mendisiplinkan anak antara lain dengan memarahi, memukul atau membuat anak marah sehingga proses belajarnya kurang maksimal. 

Menerapkan Disiplin pada Anak

Adapun beberapa bentuk disiplin yang penting diterapkan pada anak, diantaranya:
  • Disiplin beribadah
  • Disiplin berdoa sebelum melakukan aktivitas apapun (makan, minum, mandi dan sebagainya)
  • Disiplin sekolah
  • Disiplin belajar
  • Disiplin bermain
  • Disiplin istirahat
  • Disiplin bangun pagi
  • Disiplin mandi dan sikat gigi
  • Disiplin makan
  • Disiplin membantu pekerjaan rumah

Langkah membangun Disiplin pada Anak

Untuk mendisiplinkan anak memang dituntut kesabaran dari orang tua. Selain itu, keyakinan atau kepercayaan diri bahwa kita mampu mendisiplinkan anak. 

1. Tenang 

Langkah pertama yang harus kita ambil saat mendisiplinkan anak adalah tenang, jangan dalam keadaan marah ataupun cemas. Ketika kita dalam kondisi tenang, maka pesan yang kita sampaikan kepada anak pun menjadi lebih jelas dan diterima oleh anak. 

2. Percaya pada feeling

Sebagai orang tua, kitalah yang paling mengenal anak kita, sehingga kita mengetahui perilaku dan sifat anak. Hail ini akan membantu kita untuk lebih mudah dalam mendisiplinkan anak. Yakin pada diri sendiri bahwa kita mampu melakukannya.

3. Waktu yang tepat 

Mendisiplinkan anak harus pada waktu yang tepat dan terus berulang secara teratur. Pemilihan waktu yang tepat, tanpa menunda-nunda akan membuat anak memahami bahwa ia harus melakukan yang diminta oleh orang tuanya.

Jangan pernah mengajarkan disiplin kepada anak, hanya dengan perintah atau marah-marah. Besar kemungkinan anak tidak memahami keinginan kita untuk menerapkan kedisiplinan. 

Anak hanya akan menangkap pesan kemarahan kita. Misalnya ketika anak tidak mau membereskan mainan, kita langsung marah. Atau bila mainan tidak dibereskan, maka kita akan langsung memberikan hukuman. 
 

Lantas bagaimana? 

1. Role Model

Kita sebagai orang tua harus memberikan contoh dan penjelasan agar anak memahami manfaat dan tujuan dari disiplin. 

Namun bila hanya memberi contoh tanpa menjelaskan maksudnya, maka akan membuat anak tidak mengerti mengapa ia harus bertingkah laku baik. Anak hanya melakukan sekadar mengikuti orang tua saja. Sehingga terkadang menjadi salah mengartikan contoh yang dilihat. 

2. Memberikan penjelasan dan tanya jawab 

Memberikan penjelasan kepada anak, apa yang seharusnya dilakukan. Jangan lupa untuk menyampaikan alasannya. Jelaskan juga manfaatnya bagi anak bila ia bertingkah laku baik. Sebagai orang tua harus yakin bahwa anak paham akan apa yang dilakukan. 

Penjelasan memang harus dilakukan berkali-kali hingga anak betul-betul bisa menerapkan perilaku tersebut dan mengerti kenapa harus dilakukan. Anak akan dengan senang hati melakukannya tanpa takut dan menyadari karena memahami manfaatnya. 

Misalnya, anak harus gosok gigi secara teratur, jelaskan kepada mereka jika tidak gosok gigi maka akan mengalami masalah pada gigi (berlubang). Karena, sisa makanan yang dibiarkan menempel di sela-sela gigi akan menjadi tempat bagi kuman. Lama kelamaan bisa memicu kerusakan pada permukaan gigi.

Post a Comment