aprilhatni.com

Tilik dan Cream: Sebuah Review

15 comments
film tilik

Belum lama ini film pendek berjudul "Tilik" memang sedang trending di Indonesia. Banyak orang mencari film ini melalui Google pencarian, karena konon katanya selain kocak, film ini sangat related dengan kehidupan sehari-hari masyarakat perkampungan. Sama halnya aku, tak puas dengan cerita orang di luar sana akhirnya aku pun mencari tahu tentang film ini. 

Nah, seperti apakah kisahnya. Berikut reviewnya!

Judul Film: Tilik
Sutradara: Wahyu Agung Prasetyo
Produser: Elena Rosmeisara
Penulis Naskah: Bagus Sumartono
Pemain Film: Siti Fauziah, Brilliana Desy, Angeline Rizky, Dyah Mulani, Luly Syahkisrani, Hardiansyah Yoga Pratama, Tri Sudarsono, Tri Widodo
Produksi: Ravacana Films dengan Dinas Kebudayaan DIY
Durasi: 32 menit

Sinopsis

Film karya Wahyu Agung Prasetyo ini menceritakan tentang rombongan ibu-ibu yang hendak menjenguk Bu Lurah ke rumah sakit dengan sebuah Truk. Selama perjalanan menuju rumah sakit, mereka membahas Dian, seorang kembang desa.

Kabarnya Dian sedang menjalin hubungan dengan anaknya Bu Lurah, Fikri. Banyak pula lelaki yang mendekatinya hingga datang untuk melamarnya. Ibu-ibu yang berdiri di atas bak belakang Truk pun asyik bergunjing tentang status lajang Dian.

Mulai dari pekerjaannya, dari mana ia mendapatkan banyak uang, ponsel dan motor baru, padahal cuma lulusan SMA dan baru bekerja. Segala macam asumsi keluar dari mulut mereka, namun ada satu orang yang paling antusias membahas Dian, dialah Bu Tejo. Bahkan, Bu Tejo juga mencurigai jika Dian sering menggoda pria yang sudah berkeluarga.

Sementara itu, dalam rombongan tersebut ada Yu Ning, saudara jauh dari Dian. Ia tentu saja membela saudaranya yang telah digunjing habis-habisan oleh Bu Tejo. Yu Ning pun memperingatkan Bu Tejo bahwa tidak baik menelan informasi mentah-mentah tanpa mengetahui fakta sesungguhnya.

Walau sudah dapat peringatan, Bu Tejo tidak memperdulikan dan tetap gencar bergosip akan keburukan Dian dengan berusaha menunjukkan foto-foto Dian yang telah beredar di media sosial. Bu Tejo dan Yu Ning sempat bersitegang dan adu mulut, hingga Truk yang membawa mereka ditilang Polisi Lalu Lintas.

Sampai di rumah sakit, mereka disambut oleh Dian dan Fikri, anaknya Bu Lurah. Namun, Bu Lurah belum bisa dijenguk karena masih dirawat di ICU. Sontak rombongan kecewa. Wajah Yu Ning meneteskan air mata dan menahan rasa malu. Sebab, dialah yang berinisiatif mengajak ibu-ibu untuk menjenguk Bu Lurah.

Di akhir cerita, kejadian yang sangat mengejutkan ketika Dian keluar rumah sakit dan masuk dalam sebuah mobil. Di dalam mobil sudah ada yang menunggu, seorang pria paruh baya. Dia adalah ayah Fikri sekaligus suami Bu Lurah. Apakah Dian selama ini wanita simpanan dari suaminya Bu Lurah?

Review

Film Tilik berhasil menangkap realitas kehidupan sehari-hari yang begitu jujur. Kata Tilik itu sendiri mempunyai arti tengok/menjenguk. Dengan menggunakan Bahasa Jawa yang kental, dan penjiwaan para pemain menjadikan film ini mempunyai daya tarik tersendiri dan sangat apik.

Gemas terhadap peran Bu Tejo, namun ia juga yang membuat gelak tawaku tak henti-henti selama menonton film tersebut. Saat ia merasa ingin buang air kecil, namun Truk tiba-tiba dihentikan di tengah-tengah Sawah oleh Gotrek si sopir.

Di sekitar kita pastinya ada saja orang seperti Bu Tejo ini. Merasa tahu semuanya dan senang membuat percikan-percikan gosip. Sosok Dian yang menjadi topik panas di film ini, dari awal hingga akhir tidak ada yang letih menggunjing dirinya.

Beragam gunjingan, guyonan dan berbagai mimik dari ibu-ibu ini membuatku tertawa sepanjang film berlangsung. Menggebu-gebu saat menggosip, ada yang muntah, hingga kehebohan saat mereka dihadang polisi.

Gosip ibu-ibu ini juga bersumber dari Internet. Tidak ada yang bisa memvalidasi informasi benar atau salah dari Internet, jadi adu argumen Bu Tejo dan Yu Ning semakin seru. Bahkan ada salah satu dari ibu-ibu yang berkata “Namanya internet itu, bikinan orang pintar. Mana mungkin keliru?”. Nah sekarang tahu kan betapa pentingnya melawan hoaks yang bertebaran di Internet.

Dengan cerita yang segar, sindiran, celetukan, hingga guyonan khas ibu-ibu ditampilkan dengan jenaka. Salah satunya guyonan saat Bu Tejo kebelet pipis namun tidak mau buang air kecil di sawah karena takut Ular. Salah satu dari mereka pun berkata “Tapi gak takut ularnya Pak Tejo dong bu?”.

Karakter yang paling mencuri perhatian tentu jatuh ke Bu Tejo, yang diperankan oleh Siti Fauziah. Tampil ekspresif ditambah gunjingan pedasnya, Siti berhasil memerankan karakter paling dibenci semua orang.

Karakter lainnya yang apik tentu Yu Ning, sosok yang mencoba positif diperankan Brilliana Desy, kemudian Yu Sam yang suka cari aman diperankan Dyah Mulani, terakhir ada Bu Tri yang senang mengompori, diperankan oleh Angeline Rizky. Mereka semua tampil natural dan tentunya fenomena ini tak jarang terjadi dalam keseharian mereka.

Kesimpulan dan Pesan Moral

Film Tilik ini sangat menyenangkan dari awal hingga akhir. Pergunjingan ibu-ibu di atas Truk ini sukses bikin penonton tertawa. Dengan deretan pemeran yang apik, film ini menyajikan realita kehidupan yang jujur.

Pesan tersirat yang ingin disampaikan pada film ini adalah pentingnya masyarakat untuk selalu crosscheck atas berbagai informasi yang mereka dapatkan, agar tak menjadi hoaks.

Kisah Dian yang ditampilkan di akhir cerita, sebenarnya menyertakan pesan moral akan kemerdekaan dalam kemandirian yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita tanpa bergantung pada laki-laki. Namun interpretasi masing-masing orang pastinya berbeda.

Selanjutnya adalah film "Cream". Film animasi yang berdurasi 12 menit ini juga tak kalah seru dari film "Tilik" di atas. Menceritakan tentang sebuah dokter yang menciptakan sebuah cream ajaib untuk mengatasi semua masalah yang terjadi di dunia. Penasaran? Berikut reviewnya.



Judul Film: Cream
Sutradara: David Firth
Produser: David Firth
Penulis Naskah: David Firth
Pemeran: David Firth
Durasi: 12 menit

Review

Cream adalah salah satu film animasi menceritakan tentang seorang pria bernama Dr. Bellifer yang telah berhasil menciptakan sebuah krim yang dapat memperbaiki apapun.

Dr. Bellifer seorang jenius ilmiah, yang setelah bertahun-tahun menghancurkan partikel bersama-sama, mengungkapkan produk barunya yang revolusioner yaitu Cream dengan kekuatan untuk memperbaiki semua masalah dunia.

Dia mengeksplorasi ide ini melalui wahana fiksi ilmiah dengan produk fantastis yang disebut "Cream". Produk ini dibuat dengan pikiran dan alat ilmiah paling canggih yang tersedia (sains dalam realitas film lebih mirip dengan sihir), di fasilitas yang didasarkan pada LHC (Large Hadron Collider), dan kemudian didistribusikan ke dunia.

Cream tersebut dijuluki The Everything Fixer. Pertama kita diperlihatkan bagaimana hal itu dapat mengurangi penuaan di wajah, lalu bagaimana itu memperbaiki kesehatan yang buruk, bagaimana itu memperbaiki keburukan, bagaimana itu bahkan membangkitkan orang mati.

Cream ini juga digunakan untuk memperbaiki hal-hal seperti kekayaan dan kesejahteraan. Hanya dengan menggosokkannya di tangan, maka akan ada perhiasan mahal yang muncul, menggosokkannya pada mobil tua kemudian beralih menjadi kendaraan mewah, dan mereka menggosokkannya pada diri mereka sendiri ketika mereka mengalami hal yang buruk lalu berubah menjadi kepuasan.

Namun tiba-tiba, ada orang yang paling berkuasa di dunia melawan Cream karena keserakahan. Adanya serangkaian kampanye kotor yang dibuat para penguasa, seperti "Krim Penyebab Penyakit AIDS" dan "Penyebab Terorisme" dan "CREAM CREATOR IS RAPIST". Hingga kampanye untuk menghancurkan semua produknya.

Pesan

Perspektif gelap dan bengkok yang terkenal dengan Firth tidak muncul dari produk itu sendiri seperti karya fiksi ilmiah yang mungkin membuatnya di mana mungkin umat manusia menemukan beberapa kesalahan sebenarnya dengan teknologi semacam itu.

Sebaliknya, produk benar-benar adalah sesuatu untuk diperjuangkan dan diharapkan, dan kenyataan fasihnya adalah bahwa keserakahan dan korupsi umat manusia sendiri akan mencegah kita untuk terus menggunakannya. Dengan keserakahan pulalah akan menghancurkan segalanya.
April Hatni
Saya adalah seorang ibu dari dua anak, sekarang berdomisili di Qatar. Saya sangat tertarik dengan Desain, Parenting, dan Psikologi.

Related Posts

15 comments

  1. nah saya setuju mbak, terkadang manusia tidak berpuas diri, alhasil keserakahan inilah yang terkadang menghancurkan segalanya

    ReplyDelete
  2. Seperti film Tilik, review film yang Kakak buat ini terlihat kejujurannya. Suka dengan penyampaiannya.

    Sukses terus Kak.

    ReplyDelete
  3. Jadi punya perspektif baru. Keren sudut pandangnya.

    ReplyDelete
  4. keren nih mbaaa mengenai sudut pandang dari film Cream ini

    ReplyDelete
  5. Mbaa, kalo boleh milih, paling suka film yang mana?

    ReplyDelete
  6. Bener deh, kalo keserakahan emang bakal menjerumuskan..

    ReplyDelete
  7. Bagus, Lengkap banget ulasannya mbak

    ReplyDelete
  8. bagus kak ... btw kok tampilan blognya bagus banget

    ReplyDelete
  9. Jadi ikut terbayang kalau cream benar- benar ada. Semua orang di dunia bahagia semua, semua orang sempurna tanpa kekurangan, hidup malah ga ada tantangannya, manusia malah lupa untuk berusaha dan berjuang apalagi bersyukur.

    ReplyDelete
  10. Aku bingung mau komentar apa, karen reviewnya bagus2👍

    ReplyDelete
  11. kereen kak, semngat terus yaa

    ReplyDelete
  12. sudut pandang yang bagus banget tentang dua film ini, like it. suka juga dengan tampilan blognya mbak april, good vibe

    ReplyDelete
  13. mantap kak. suka sama sudut pandang yang diambil

    ReplyDelete

Post a Comment