aprilhatni.com
aprilhatni.com

Menjadi Guru Bukanlah Hanya Sekadar Profesi Semata

profesi guru
Ketika berbicara tentang profesi, pikiran saya langsung melayang ke suasana sekolah, kantin yang ramai, ruang guru yang hangat, teman-teman sekantor, ruang kelas yang penuh semangat, dan para murid yang antusias.

Ya, 18 tahun yang lalu, saya mengabdikan diri di dunia pendidikan sebagai seorang pengajar, mentor, sekaligus guru. Saat itu, status saya masih lajang, tentu saja, hehe...

Namun, setelah menikah, saya memutuskan untuk meninggalkan karier di dunia pendidikan demi fokus pada keluarga tercinta. Bagaimana ceritanya? Yuk, kita nostalgia sejenak!

Semasa di bangku Sekolah Dasar

Menjadi guru adalah cita-cita saya sejak kecil. Mungkin karena banyak anggota keluarga saya yang juga berprofesi sebagai guru, sehingga ketika kecil, jika ditanya oleh tetangga atau orang lain, saya selalu menjawab, "ingin menjadi guru."

Saat masih duduk di bangku sekolah dasar, saya sering bermain peran sebagai 'guru' di waktu istirahat bersama teman-teman. Saya suka sekali menirukan cara dan gaya bicara guru ketika mengajar di kelas.

Biasanya, saat jam istirahat, saya mengumpulkan teman-teman untuk menjadi 'murid-murid' saya. Menariknya, mereka dengan senang hati menerima ajakan saya. Seru sekali, bukan? Hehe...

Namun, kesenangan itu hanya berlangsung hingga kelas 5 SD. Saat memasuki kelas 6, saya mulai fokus mempersiapkan Ujian Nasional, sehingga tidak ada lagi waktu untuk bermain-main seperti sebelumnya.

Di rumah, saya sering bermain pura-pura menjadi 'guru' meski tanpa murid. Biasanya, saya berbicara sendiri di depan cermin, sementara lemari pakaian menjadi papan tulisnya, lucu, ya! 

Supaya tidak ketahuan bapak atau ibu, saya biasanya mengunci pintu kamar. Kalau sampai ketahuan mencoret-coret lemari, bisa-bisa saya kena marah ibu.

Masa SMA

Ketika duduk di kelas 3 SMA, menjelang Ujian Nasional dan Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri, saya memutuskan untuk menambah jam belajar dengan mengikuti bimbingan di salah satu Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) di Kota Kediri, yaitu LBB BEST.

Saat itu, saya masih bingung menentukan pilihan—universitas mana yang akan saya tuju dan jurusan apa yang cocok untuk saya. Namun, setelah beberapa kali mendapatkan bimbingan dari guru Bahasa Indonesia di sana, akhirnya saya menemukan jawabannya.

Jawaban itu muncul dari sosok guru Bahasa Indonesia tersebut. Meskipun saya lupa namanya, gaya mengajarnya sangat berkesan bagi saya. Penjelasannya tentang materi dan trik menjawab soal-soal Ujian Nasional maupun UMPTN begitu mudah dipahami.

Tidak hanya itu, cara berbicara dan bahasa tubuhnya memancarkan karisma yang membuat saya kagum. Dalam hati, saya berkata, "Aku ingin menjadi seperti dia." Saat itu juga, saya mantap memutuskan, "Aku ingin menjadi guru Bahasa Indonesia."

Terbukti pada hasil ujian Caturwulan maupun Ujian Nasional, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia paling unggul dibanding mata pelajaran lainnya. Dan hal ini semakin memperkuat keinginanku untuk memilih jurusan Bahasa Indonesia saat tes UMPTN nantinya. 

Nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia selalu menjadi yang terbaik dalam hasil ujian Caturwulan maupun Ujian Nasional. Hal ini semakin menguatkan tekad saya untuk memilih jurusan Bahasa Indonesia saat Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) nanti. 

Sebelum mendaftar, saya berdiskusi dengan mentor Bahasa Indonesia. Beliau menyarankan saya untuk memilih Universitas Negeri Malang (dulu bernama IKIP Malang) sebagai tempat melanjutkan pendidikan. Tanpa ragu, saya menerima saran tersebut. 

Selain karena rasa hormat dan kekaguman terhadap beliau, Malang juga lebih dekat dengan rumah, memiliki udara sejuk, dan suasananya mendukung untuk belajar dengan tenang.

Masa ujian UMPTN berlalu dengan lancar. Ketika hari pengumuman tiba, hasilnya dimuat di koran Memorandum. Saya segera memeriksa dan akhirnya menemukan nama saya tercantum di sana. Rasa syukur, haru, dan bahagia menyelimuti hati saya. Orang tua, terutama bapak, juga merasa bangga atas pencapaian ini.

Pendapat Orang Tentang Seorang Guru

Pada masa itu, profesi guru masih sering dianggap sebelah mata dan hanya dipandang sebagai pekerjaan biasa, sama seperti profesi lainnya di masyarakat. Namun, bagi seorang guru yang memiliki visi jauh ke depan, profesi ini adalah sesuatu yang luar biasa.  

Seorang guru sejati percaya bahwa tanggung jawabnya bukan hanya kepada atasan atau orang tua murid, tetapi juga kepada Allah Ta’ala. Bagi guru seperti ini, anak didik adalah amanah yang harus dijaga dengan sepenuh hati. Masa depan siswa, baik menjadi pribadi yang baik atau tidak, tak lepas dari peran seorang guru selama proses pendidikan.  

Meski profesi guru sering diremehkan, termasuk guru Bahasa Indonesia, hal itu tidak menyurutkan semangat saya untuk mewujudkan mimpi saya. Saya yakin bahwa anggapan negatif orang-orang tentang profesi ini tidaklah benar.  

Setiap orang memang bisa mengajar, tetapi tidak semua orang mampu menjadi pendidik yang baik. Seorang pendidik sejati harus memiliki sifat-sifat seperti ketekunan, keikhlasan, dan kesabaran dalam membimbing anak didiknya.  

Bagi seorang pendidik, setiap tetes keringat dan air mata dalam menjalani tugasnya adalah saksi yang kelak meringankan hisab di hari akhir. Kekurangan anak didik pun menjadi peluang bagi guru untuk meraih pahala dan ridha Ilahi. Inilah yang menjadi dasar saya dalam mengejar mimpi sebagai seorang pendidik.  

Masa di Perkuliahan

Di tengah kesibukan menyelesaikan skripsi, seorang dosen sekaligus Ketua Jurusan, Pak Yaeni, menawarkan pekerjaan kepada saya. Beliau meminta saya membantu mengajar di kelas CIS-BIPA (Central for Indonesian Studies - Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) karena kekurangan tenaga pengajar, sementara jumlah mahasiswa asing yang belajar di kampus semakin bertambah.

CIS-BIPA adalah program khusus di Universitas Negeri Malang (UM) yang fokus pada pembelajaran Bahasa Indonesia untuk mahasiswa asing. 

Dari sinilah awal perjalanan karier saya dimulai. Saya mengajar beberapa siswa asing, termasuk tiga mahasiswa dari Jepang dan satu mahasiswa dari Australia. Mengajar orang asing ternyata penuh tantangan, apalagi ini merupakan pengalaman pertama saya.

Namun, saya hanya mengajar di kelas BIPA ini selama sekitar tiga bulan. Ketika itu, ada lowongan pekerjaan di Yayasan Pupuk Kaltim. Demi menambah pengalaman dan jam kerja, saya mencoba melamar, dan alhamdulillah, saya diterima.

Menyambung Misi Ke Borneo

Di Yayasan Pupuk Kaltim, saya mengajar kelas VII. Ini adalah kelanjutan dari karier sebelumnya, meskipun kali ini dengan pengalaman yang berbeda. Awalnya, saya cukup kewalahan karena sebelumnya saya terbiasa mengajar orang dewasa, sedangkan sekarang harus beradaptasi dengan anak-anak. 

Namun, seiring waktu, saya mulai menikmati peran saya sebagai guru. Dalam hidup, tidak semua yang kita inginkan selalu berjalan sesuai harapan. Tapi jika kita bersyukur, Allah pasti akan menambahkan nikmat-Nya kepada kita. 

Kunci utama dalam menjadi seorang guru adalah keikhlasan dan kesabaran. Walaupun sebagai manusia biasa terkadang kita bisa terbawa emosi menghadapi tingkah laku anak-anak, dengan tetap mengutamakan keikhlasan dan kesabaran, kita dapat mengontrol perasaan dan menjalani peran ini dengan lebih baik.

Bangganya Menjadi Guru

Menjadi guru bukanlah tugas yang mudah. Profesi ini menuntut pengabdian, ketekunan, serta kesabaran dan kasih sayang dalam menyampaikan materi. Seorang guru tidak hanya bertugas mengajarkan ilmu, tetapi juga mendidik dan membentuk karakter siswa.

Dari guru, kita belajar membaca dan menulis, mengenal angka dan huruf, serta memahami nilai-nilai budi pekerti. Guru memiliki peran penting dalam membentuk pribadi kita menjadi individu yang baik. 

Oleh karena itu, tidak berlebihan jika profesi guru disebut sebagai pekerjaan yang mulia, lebih dari sekadar sebuah profesi.

Untuk semua guru yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mendidik dan membimbing generasi penerus, terima kasih atas setiap pelajaran yang telah diajarkan, baik di dalam kelas maupun di kehidupan. Anda bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga pembentuk karakter dan penjaga harapan.  

Hari ini, kami mengingat kembali betapa besarnya peran Anda dalam hidup kami. Teruslah menjadi pelita yang menerangi jalan para murid menuju masa depan yang lebih baik.

Selamat Hari Guru! Semoga dedikasi Anda selalu diberkahi dan dihargai.

Post a Comment