Di era digital saat ini, kita memiliki akses tak terbatas ke berbagai informasi hanya melalui genggaman tangan saja.
Sayangnya, kemudahan ini sering kali membawa dampak yang tidak kita sadari, salah satunya adalah fenomena doomscrolling.
Otak manusia dirancang untuk memprioritaskan informasi yang dianggap penting untuk bertahan hidup, termasuk berita negatif. Sayangnya, alih-alih membantu, kebiasaan ini justru membuat kita tenggelam dalam rasa takut dan ketidakpastian.
Alihkan perhatian Anda ke aktivitas yang lebih bermanfaat, seperti membaca buku, berolahraga, menulis, atau berbicara dengan keluarga dan teman.
Referensi:
Istilah ini mengacu pada kebiasaan menggulir layar smartphone/gadget tanpa henti untuk membaca berita negatif, yang sering kali menyebabkan kecemasan dan stres.
Mengapa doomscrolling begitu berbahaya, terutama bagi kesehatan mental? Artikel ini akan membahas dampak psikologis dari kebiasaan ini serta cara mengatasinya agar kita bisa lebih bijak dalam mengelola informasi.
Mengapa doomscrolling begitu berbahaya, terutama bagi kesehatan mental? Artikel ini akan membahas dampak psikologis dari kebiasaan ini serta cara mengatasinya agar kita bisa lebih bijak dalam mengelola informasi.
Mengapa Doomscrolling Menjadi Kebiasaan?
Doomscrolling sering kali dimulai tanpa niat buruk. Berita tentang bencana alam, pandemi, konflik politik, atau krisis ekonomi dengan mudah menarik perhatian kita.
Otak manusia dirancang untuk memprioritaskan informasi yang dianggap penting untuk bertahan hidup, termasuk berita negatif. Sayangnya, alih-alih membantu, kebiasaan ini justru membuat kita tenggelam dalam rasa takut dan ketidakpastian.
Beberapa faktor yang membuat doomscrolling begitu sulit dihentikan antara lain:
1. Ketersediaan Informasi 24/7
Dengan adanya internet dan media sosial, informasi terus mengalir tanpa henti. Kita merasa perlu terus mengupdate diri agar tidak tertinggal berita.
2. Efek Dopamin
Menggulir layar smartphone dan menemukan berita baru menciptakan efek dopamin sementara, membuat kita merasa “produktif” meskipun sebenarnya tidak.Namun, efek ini tidak bertahan lama, dan kita akhirnya merasa lelah secara emosional.
3. Fear of Missing Out (FOMO)
Ketakutan akan kehilangan informasi penting mendorong kita untuk terus memeriksa berita, meskipun sebenarnya tidak semuanya relevan. Istilah ini biasa disebut Fomo.Dampak Psikologis Doomscrolling
1. Meningkatkan Stres dan Kecemasan
Setiap berita negatif yang kita baca memperburuk suasana hati dan menciptakan rasa takut akan masa depan.
Penelitian menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap berita buruk dapat menyebabkan kecemasan kronis. Kita mungkin merasa dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya daripada yang sebenarnya.
2. Menyebabkan Gangguan Tidur
Banyak orang melakukan doomscrolling sebelum tidur, yang akhirnya memengaruhi kualitas tidur.
Cahaya biru dari layar gadget juga menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu kita tidur.
Cahaya biru dari layar gadget juga menghambat produksi melatonin, hormon yang membantu kita tidur.
Akibatnya, kita bangun dalam keadaan lelah dan kurang fokus.
3. Mendorong Pikiran Negatif Berulang
Kebiasaan membaca berita negatif membuat kita lebih rentan terhadap pikiran negatif yang berulang, seperti rasa bersalah, takut, atau cemas. Hal ini dapat memicu gangguan mental seperti depresi.
4. Menurunkan Produktivitas
Doomscrolling memakan waktu yang seharusnya bisa digunakan untuk hal-hal produktif. Selain itu, emosi negatif yang dihasilkan sering kali membuat kita kehilangan semangat untuk bekerja atau beraktivitas.
5. Mengisolasi Diri dari Realitas
Kita mungkin merasa “berhubungan” dengan dunia melalui berita yang kita baca. Namun, terlalu fokus pada berita online dapat membuat kita mengabaikan hubungan di dunia nyata dan kehidupan sehari-hari.
Cara Mengatasi Doomscrolling
Berikut adalah beberapa langkah praktis untuk menghentikan kebiasaan doomscrolling:
1. Manajemen Waktu
Batasi/tetapkan waktu khusus untuk mengakses berita, misalnya hanya pada pagi atau sore hari, dan hindari membaca berita sebelum tidur.2. Kurasi Sumber Informasi
Pilih sumber berita yang kredibel dan hindari situs yang cenderung menyebarkan sensasi. Ini membantu Anda mendapatkan informasi tanpa merasa kewalahan.3. Gunakan Aplikasi Pengingat Waktu
Aplikasi seperti Screen Time atau Digital Wellbeing dapat membantu memonitor dan membatasi waktu yang Anda habiskan di media sosial atau platform berita.
4. Fokus pada Aktivitas Positif
Alihkan perhatian Anda ke aktivitas yang lebih bermanfaat, seperti membaca buku, berolahraga, menulis, atau berbicara dengan keluarga dan teman.5. Latih Kesadaran Diri/ Mindfulness
Praktik meditasi atau mindfulness dapat membantu Anda mengelola kecemasan yang muncul akibat berita negatif.6. Detoks Digital
Jadwalkan waktu untuk berhenti menggunakan gadget, terutama saat akhir pekan, untuk memberi diri Anda ruang bernapas dari arus informasi.Kesimpulan
Doomscrolling adalah fenomena modern yang mencerminkan hubungan kita dengan teknologi. Meskipun tidak mudah, kita perlu mengubah kebiasaan yang lebih sehat dalam mengonsumsi informasi.
Sebagai pengguna, penting bagi kita untuk menyadari bahwa tidak semua berita harus diakses, dan bahwa kesehatan mental jauh lebih berharga daripada rasa tahu.
Memulai dengan langkah kecil untuk mengurangi doomscrolling dan menggantinya dengan kebiasaan yang lebih positif.
Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi kesehatan mental kita sendiri, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih seimbang untuk hidup.
Semoga bermanfaat, ya.
Have a nice day!
Referensi:
https://www.popsugar.com
https://ugm.ac.id/en/news
https://ejournal.uinsalatiga.ac.id
https://www.alodokter.com
https://www.halodoc.com
https://ugm.ac.id/en/news
https://ejournal.uinsalatiga.ac.id
https://www.alodokter.com
https://www.halodoc.com
Post a Comment