aprilhatni.com
aprilhatni.com

Anxious Attachment: Ketika Takut Kehilangan Membayangi Cinta

anxious attachment

“Kenapa dia belum balas pesanku, ya? Padahal tadi kan online…

Aku mengulang-ulang kalimat itu di kepala. Padahal baru lima menit yang lalu aku mengirim chat. Tapi di dunia pikiranku, lima menit bisa terasa seperti lima jam. Rasanya seperti berdiri di tepi jurang: jantung deg-degan, pikiran mulai menebak yang tidak-tidak.

Kalau kamu pernah merasakan hal seperti ini dalam hubungan, bisa jadi kamu memiliki gaya keterikatan yang disebut anxious attachment.

Apa Itu Anxious Attachment?

Anxious attachment, atau gaya keterikatan cemas, adalah pola relasi yang terbentuk sejak masa kecil, tepatnya saat kita mulai belajar tentang cinta, perhatian, dan rasa aman dari orang tua atau pengasuh utama.

Jika saat kecil kita dicintai, tapi secara tidak konsisten; dalam hal ini kadang hangat, kadang cuek, maka kita akan tumbuh dengan keyakinan bahwa cinta itu tidak pasti. Harus diperjuangkan. Harus selalu dikonfirmasi.

Dan ketika dewasa, kita tumbuh menjadi orang yang mudah cemas saat menjalin hubungan.

Ciri-ciri Gaya Anxious Attachment

Tidak semua orang dengan anxious attachment menyadarinya. Tapi jika kamu sering mengalami hal-hal ini, mungkin kamu perlu melihat lebih dalam:

  • Takut kehilangan orang yang dicintai, bahkan tanpa alasan yang jelas.
  • Overthinking saat pasangan lambat membalas pesan atau terlihat “berbeda”.
  • Sulit merasa aman, bahkan dalam hubungan yang sehat.
  • Cemburu berlebihan, meskipun pasangan tidak memberi alasan untuk dicurigai.
  • Butuh validasi dan kepastian terus-menerus dari pasangan.
  • Susah percaya, tetapi tetap ingin dekat.

Perasaan cinta dan ketergantungan bercampur dengan rasa takut ditinggalkan. Akibatnya? Kita jadi rentan terjebak dalam hubungan yang tidak sehat, atau bahkan mendorong pasangan menjauh karena intensitas emosi kita.

Dari Mana Asalnya?

Gaya keterikatan kita terbentuk di masa kecil, bukan karena kita “lemah”, tapi karena sistem kita merespons apa yang dulu kita alami. Misalnya:

  • Kita punya orang tua yang perhatian, tapi hanya saat mereka sedang dalam mood.
  • Atau, ketika kita menangis, mereka berkata, “Gitu aja nangis, lebay.”
  • Atau sebaliknya, mereka terlalu cepat menenangkan kita, sehingga kita tak pernah belajar mengatur emosi sendiri.

Hasilnya? Kita belajar bahwa untuk mendapatkan perhatian, kita harus “berusaha lebih”, atau merasa bahwa cinta itu sesuatu yang bisa hilang kapan saja.

Anxious Attachment dan Hubungan Dewasa

Dalam hubungan dewasa, anxious attachment bisa seperti bom waktu. Kita bisa menjadi orang yang penuh cinta, penuh perhatian, dan sangat terhubung secara emosional. Tapi juga bisa:

  • Terlalu melekat (clingy)
  • Terlalu mudah panik jika pasangan sibuk
  • Sering merasa kurang dicintai
  • Menjadi terlalu sensitif terhadap perubahan kecil

Lucunya, orang dengan gaya ini sering tertarik pada pasangan yang avoidant, yaitu orang yang justru takut dekat dan menjaga jarak. Hasilnya? Pola kejar-kejaran emosional yang melelahkan.

Bisakah Anxious Attachment Diperbaiki?

Anxious attachment bukanlah kondisi yang tetap. Dengan kesadaran dan usaha, pola cemas ini bisa diperbaiki dan diganti dengan rasa aman yang lebih kuat dalam diri. Prosesnya butuh waktu, tapi hasilnya sangat mungkin diraih.

tanda anxious attachment

Apakah bisa diperbaiki? Jawabannya: Bisa!

Kalau kamu merasa gaya keterikatan ini menggambarkan dirimu, berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan sebagai langkah awal pemulihan di antaranya:

1. Membangun kesadaran diri (self-awareness):

Dengan mengenali pola pikir dan emosi kita, kita bisa mulai memisahkan rasa takut dari realitas.

2. Melakukan inner work atau terapi:

Psikolog bisa membantu kita memetakan akar dari anxious attachment dan membentuk ulang cara kita menjalin relasi.

3. Menjalin hubungan dengan orang yang secure attachment:

Hubungan yang stabil, konsisten, dan penuh pengertian dapat menjadi  “tempat latihan” untuk membentuk ulang pola keterikatan kita.

4. Belajar memberi rasa aman pada diri sendiri:

Karena pada akhirnya, yang paling bisa menyelamatkan kita dari rasa takut adalah kemampuan kita menjadi sumber rasa aman bagi diri sendiri.

Lalu, Bagaimana Jika Pasangan Kita yang Anxious?

Tidak semua orang mengalami anxious attachment secara pribadi. Mungkin kamu justru berada di sisi lain mencintai seseorang yang punya gaya keterikatan cemas.

Hubungan seperti ini bisa terasa menguras energi. Kamu mungkin merasa “dituduh” atau “tidak dipercaya” padahal kamu tidak melakukan apa pun. 

apa itu anxious attachment

Tapi penting untuk diingat: pasanganmu bukan sedang berlebihan, dia sedang bertarung dengan ketakutan yang tertanam dalam dirinya.

Beberapa hal yang bisa kamu lakukan jika pasanganmu menunjukkan ciri anxious attachment:
  • Jangan mempermainkan rasa aman mereka. Jika kamu mencintainya, berikan kepastian yang konsisten.
  • Beritahu batasan dengan lembut. Misalnya, “Aku butuh waktu sendiri sore ini, tapi aku akan menghubungimu malam nanti, ya.”
  • Validasi perasaan mereka tanpa mengiyakan rasa takutnya. Katakan: “Aku paham kamu cemas karena aku terlambat membalas. Tapi bukan karena aku nggak peduli, ya. Aku hanya sibuk.”

Empati bukan berarti kamu harus selalu mengalah, tapi kamu bisa menjadi bagian dari proses penyembuhan, jika hubungan itu kamu anggap layak diperjuangkan.

Kesimpulan

Memiliki anxious attachment bukan berarti kamu tidak bisa memiliki hubungan yang sehat. Tapi mungkin kamu butuh waktu lebih lama untuk merasa aman.

Mungkin kamu perlu berulang kali diyakinkan, dan itu tidak apa-apa. Kamu tidak salah. Kamu hanya sedang dalam perjalanan menuju kedewasaan emosional.

Yang terpenting: jangan mendefinisikan dirimu dari rasa takut. Kamu adalah seseorang yang mampu mencintai dengan sangat dalam, dan itu adalah kekuatan, bukan kelemahan. Sekarang tinggal bagaimana mengarahkan kekuatan itu dengan lebih sadar, lebih sehat, dan lebih bijaksana.

Cinta sejati bukan tentang saling menggenggam erat karena takut kehilangan. Tapi tentang saling memeluk dalam rasa aman. Kita bisa belajar menciptakan itu, baik untuk diri sendiri, maupun untuk orang yang kita cintai.

Semoga bermanfaat, ya.
Have a nice day!

Referensi:
https://medium.com/tag/anxious-attachment-style

Post a Comment