aprilhatni.com
aprilhatni.com

Self-Compassion vs Self-Love: Apa Bedanya dan Mana yang Anda Butuhkan?

self-compassion vs self-love

Pernahkah Anda merasa sudah berusaha mencintai diri sendiri, tapi tetap saja ada bisikan dari dalam diri yang menyalahkan saat Anda gagal?

Sudah merasa ‘on the track’ , dengan mengonsumsi/makan makanan sehat, rutin berolahraga, sesekali memberi reward untuk diri sendiri, tapi ketika satu hal tidak berjalan sesuai rencana, justru merasa marah dan kecewa pada diri sendiri.

Mungkin saat itu, yang Anda perlukan bukan self-love, melainkan self-compassion.

Lalu pertanyaannya, Apa bedanya antara self-love dan self-compassion? Keduanya terdengar serupa, bahkan kerap dianggap saling menggantikan.

Namun kenyataannya, kedua hal tersebut berbeda, dan masing-masing punya peran penting dalam ‘perjalanan’ kesehatan mental kita.

Apa Itu Self-Love?

Self-love adalah sikap menghargai dan mencintai diri secara utuh. Artinya, Anda menerima seutuhnya siapa diri Anda, baik kelebihan maupun kekurangan, dan merawat diri dengan penuh kesadaran. 

Dalam praktiknya, self-love bisa berbentuk:
  • Menjaga kesehatan tubuh dan pikiran,
  • Menghargai waktu istirahat,
  • Menolak hubungan yang tidak sehat,
  • Memberi afirmasi positif pada diri sendiri.
Self-love juga berarti Anda menyadari bahwa diri Anda berharga tanpa harus selalu menjadi ‘sempurna’.

Dalam banyak kasus, self-love menjadi langkah awal dalam membangun kepercayaan diri dan pemulihan dari masa lalu. 

Ia mendorong Anda untuk memperjuangkan diri sendiri, menetapkan batasan, dan mengambil keputusan yang sehat.

Apa Itu Self-Compassion?

Sementara itu, self-compassion adalah sikap memahami keadaan emosi dalam diri, terutama saat kita sedang gagal, terluka, atau merasa tidak cukup baik.

Misalnya: boleh kok menangis karena sedih, khawatir, cemas, takut, kesal, marah, atau menyesal, dan apa pun energi negatif.

apa itu self compassion


Kristin Neff, peneliti dari University of Texas, menjelaskan bahwa self-compassion terdiri dari tiga elemen utama:

  • Self-kindness: Bersikap lembut pada diri sendiri saat terluka, bukan menghakimi.
  • Common humanity: Menyadari bahwa penderitaan adalah bagian dari pengalaman manusia.
  • Mindfulness: Menerima emosi dengan sadar, tanpa ditelan atau ditolak.
Contoh sederhana dari self-compassion adalah ketika Anda berkata:
“Hari ini aku sedih sekali karena rencana yang kususun dengan matang gagal total. Tapi aku tahu, kegagalan ini tidak membuatku gagal sebagai manusia.”

Perbedaan Self-Love dengan Self-Compassion

Meski sama-sama bertujuan untuk memperlakukan diri dengan baik, ada perbedaan mendasar antara keduanya:

perbedaan self-love dan self-compassion

Self-love cenderung muncul dalam fase stabil atau saat ingin memperbaiki diri. Tapi ketika hidup terasa berat dan penuh tekanan, self-compassion lah yang lebih dibutuhkan. 

Ia seperti pelukan dari dalam diri sendiri yang menenangkan, bukan menghakimi.

Mengapa Banyak Orang Sulit Mempraktikkan Self-Compassion?

Kita dibesarkan dalam budaya yang cenderung menilai pencapaian dan membandingkan diri dengan orang lain.

Tak jarang, kita diajarkan untuk “keras pada diri sendiri” agar berhasil. Akibatnya, saat gagal, kita merasa tak layak dicintai atau malah merasa harus menghukum diri.

Padahal, menurut Psikolog Nadya Pramesrani, M.Psi (dalam wawancaranya dengan Kompas.com), banyak orang yang mengalami kelelahan emosional karena terus menuntut diri sempurna tanpa memberi ruang untuk beristirahat secara emosional.

Di sinilah self-compassion berperan penting, ia mengingatkan bahwa kegagalan bukanlah akhir, dan bahwa kita tetap layak dihargai bahkan di tengah luka.

Mana yang Anda Butuhkan Sekarang?

Jawabannya: Anda butuh keduanya, tapi di waktu yang berbeda.

  • Saat Anda sedang penuh semangat memperbaiki hidup dan ingin bertumbuh: self-love akan jadi pondasi.
  • Tapi saat Anda sedang kecewa, sedih, atau terlalu keras menilai diri sendiri: self-compassion adalah kunci untuk tidak hancur dalam proses itu.

Coba tanyakan pada diri Anda saat ini:
“Apakah aku terlalu keras pada diriku sendiri?”
“Apakah aku butuh dukungan atau cukup dengan motivasi semu?”

contoh self-compassion

Keduanya sama-sama penting. Tapi jika saat ini Anda merasa lelah karena terus membuktikan diri, mungkin yang Anda butuhkan bukan motivasi baru, melainkan pelukan dalam bentuk self-compassion.

Cara Melatih Self-Compassion Secara Praktis

Berikut beberapa cara sederhana yang bisa Anda coba:

1. Ubah dialog batinmu!

Saat melakukan kesalahan, ubah dari: “Bodoh banget sih aku!” menjadi “Wajar kok aku bisa salah. Aku akan coba perbaiki pelan-pelan.”

2. Tulis surat untuk dirimu sendiri!

Tulis seolah-olah kamu menulis surat untuk sahabatmu yang sedang sedih. Lalu baca kembali sebagai dirimu.

3. Ingat bahwa kamu tidak sendiri

Semua orang mengalami kegagalan. Yang membedakan adalah bagaimana mereka meresponsnya.

4. Latihan mindfulness

Sadari emosimu tanpa buru-buru menghakimi. Hanya hadir, menerima, dan bernapas.

Peluk Dirimu Dulu, Lalu Bangkit!

Self-love membuatmu berdiri tegak. Tapi self-compassion membuatmu tetap kuat saat lututmu gemetar.

Keduanya adalah bagian dari cinta yang utuh dan layak Anda pelajari, latih, serta terima dari diri sendiri.

Jadi jika hari ini Anda merasa tak cukup, tidak sempurna, atau penuh kekacauan, coba tenangkan diri dengan kalimat ini:

“Aku sedang berproses. Aku layak dimengerti. Aku layak diberi kesempatan.”

Karena dalam dunia yang menuntutmu untuk selalu kuat, kelembutan kepada diri sendiri adalah bentuk kekuatan yang sesungguhnya.

Semoga bermanfaat, ya.
Have a nice day!

Referensi:
Webinar Aisah Dahlan
https://www.kompas.com
https://tirto.id/
https://www.cnnindonesia.com/
https://self-compassion.org/

Post a Comment